Senin, 08 Oktober 2012

Cerpen Sedih (Motivasi)


RAHASIA DI BALIK SEBUAH KEGAGALAN

Seorang anak berlari menyusuri sebuah jalan sempit dan gelap sambil menangis. Dia berhenti di sudut jalan di bawah satu-satunya lampu yang menenrangi jalan tersebut. Air matanya terus mengalir, perlahan ia sandarkan badannya ke salah satu tembok yang mengapit jalan tersebut dan akhirnya duduk. Diam sendiri menangis dalam sunyi.
Tiba-tiba datang sesorang lelaki tua berbaju lusuh namun wajahnya terlihat bersih bersinar. Beliau berjongkok dihadapan anak tersebut. “Mengapa engkau menangis sendiri di sini nak?” Tanyanya kemudian.
Sambil terus menangis anak itu menjawab. “Tuan, Bagaimana seharusnya saya menyikapi sebuah kegagalan?”
Lelaki tua itu tersenyum lembut, perlahan mengusap rambut anak tersebut dengan rasa kasih sayang. Kemudian ia mulai bercerita tentang sebuah kisah …
“Ada seorang anak bernama Delia yang hidup berkecukupan, cita-citanya adalah mengangkat derajat kelurganya dan yang paling penting adalah memberikan kebanggaan kepada kedua orang tuanya. Dia dikenal sebagai anak yang pintar, tetapi ia sangat sadar bahwa dirinya sebenarnya bukanlah seorang anak yang pintar tanpa belajar. Oleh sebab itu, ia selalu belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai yang baik. Walaupun terkadang merasa jenuh dan merasa terpaksa melakukannya, tapi lagi-lagi ia harus melakukannya agar tetap mendapat predikat pintar. Tiada hari tanpa belajar baginya. 
Suatu hari ia sangat senang karena mendapat cara belajar baru, ia sangat merasa nyaman, ia sadar bahwa belajar bukan suatu paksaan tapi hal yang memang benar-benar menyenangkan yang pastinya juga berdampak baik baginya.
Setelah ia menerapkan cara belajarnya yang baru, ia malah mendapatkan nilai ulangan jelak di kelas, awalnya ia masih bisa menerima karena teman-teman sekelasnya yang lain juga mendapat nilai yang jelek (soal ulangan yang diberikan memang sulit). Tetapi tak disangka olehnya nilai-nilai ulangannya berikutnya juga mendapat nilai dibawah kata sempurna.
Kali ini, Delia bahkan mendapat nilai terjelek diantara teman-temannya. Delia merasa kecewa, ia menangis seharian. Bertanya-tanya apa sebenarnya kesalahan yang ia telah perbuat. Ia duduk merenung beberapa saat, kemudian ia berdiri dan langsung mengambil air wudu dan berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan, apa yang seharusnya ia lakukan sekarang?
Beberpa hari kemudian ia bangkit kembali, tanpa mengubah cara belajar barunya tersebut, tanpa mengubah dirinya dan tujuan utamanya. Ia terus belajar dengan keikhlasan, sampai suatu hari ia berhasil menggapai tujuannya, mimpinya untuk mengangkat derajat keluarganya. Ia berhasil menjadi seorang dokter yang baik hati dan tidak sombong. Dengan kondisi keluarganya yang hidup dalam kebercukupan ia bisa memberi kebanggaan yang luar biasa kepada kedua orang tuanya. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah  hasil dari semangat pantang menyerahnya.
Delia berhasil menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan membawanya dekat dengan Tuhan, Yang Maha segalanya. Kegagalan membawanya menjadi seseorang yang rendah hati tanpa mengurangi rasa percaya dirinya untuk menjadi orang yang berhasil. Kegagalan adalah bumbu-bumbu untuk mencapai kesuksesan yang sebenarnya.”
                Lelaki tua itu mengakhiri ceritanya.
“Kamu tahu yang terpenting nak?” Kata lelaki tua tersebut. Anak tersebut menggelengkan kepalanya.
                “Kamu harus bisa memandang positif semua hal yang telah terjadi kepadamu. Baik maupun buruk, sebab Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk setiap makhluknya.” Ucap Lelaki tua itu. Anak tersebut mengangguk dan perlahan tersenyum.
                Lelaki tua tersebut perlahan pergi meninggalkan anak itu sendirian. Sekarang, tanpa air mata anak tersebut berdiri dan berjalan dengan langkah pasti tanpa ragu menuju rumahnya. Sesampainya di rumah ia segera mencari kedua orang tuanya.
                Rumah terlihat sunyi. Si anak menemukan kedua orang tuanya di kamarnya, Keadaan kamar berantakan bak ditiup angin kencang.Terlihat ibunya sedang menangis tersedu duduk di atas ranjang dan ayahnya di samping sang ibu setia menepuk-nepuk punggung ibu mencoba menenangkannya.
                Kedua orang tuanya kaget melihat anaknya yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamar melihat ke arah mereka berdua.
                “Anakku, maafkan ayah dan ibu. Kami tidak bermaksud mengecilkan harapanmu, nak” Ucap Ayahnya.
                “Ayah, Ibu. Anto yang salah. Tidak seharusnya Anto bertingkah seperti anak kecil, Anto harusnya sadar Anto sudah besar. Yah, Bu.” Berhenti sejenak.
                “Ayah, Ibu. Maafkan Anto. Anto tetap teguh pada pendirian Anto. Anto ingin menjadi dokter. Ayah dan Ibu tidak usah khawatir soal biaya, Anto pasti bisa mendapatkan beasiswa itu dengan usaha Anto. Anto hanya butuh dukungan dari Ayah dan Ibu, jangan paksa Anto untuk berhenti sekolah”
“Anto tahu, hari ini Anto gagal. Gagal meyakinkan Ayah dan Ibu kalau Anto bisa menjadi dokter. Nilai jelek ini tidak bisa menjadikan tolak ukur apakah Anto berhasil atau tidak kelak. Tapi nilai jelek ini adalah cambuk untuk Anto, agar lebih giat lagi dalam belajar. Sungguh percayalah pada Anto.
”Anto ingin Ayah dan Ibu bangga dengan Anto. Anto ingin Ayah dan Ibu bisa makan dan tidur dengan enak kelak.”
Kedua orang tuanya menatap Anto. Perlahan ibunya menghampirinya dan memeluknya. “Ayah dan Ibu percaya, nak. Maafkan kami.” Ucapnya lirih.
Akhirnya, Anto berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di fakultas kedokteran. Dan Ia berhasil menjadi  seorang dokter.

Minggu, 07 Oktober 2012

Menemukan Jawaban :)

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… ayah anak“Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Read more: http://www.resensi.net/setiap-kemenangan-butuh-kesabaran/2010/08/#ixzz28clarrum


Setelah membaca sedikit dialog antara ayah dan anak di atas, aku mengerti bahwa apapun yang kita lakukan (yang bernilai positif) yang menghasilkan sebuah ketidakpuasan, bukanlah tanpa arti. Ada sesuatu yang lebih dibalik semuanya. Lebih dari apa yang mereka dapatkan dengan cara yang instan. Allah tidak ingin hambanya menjadi seorang yang hidup tanpa usaha, pemalas dan selalu berserah diri tanpa ikhtiar.Teruslah bersabar, jangan putus asa dan meninggalkan hal yang baik itu hanya demi kepuasan semu. Karena, ada tempat yang lebih indah dari milik mereka (-) :))

Sabtu, 06 Oktober 2012

Love Story Of Smile :)







Terinspirasi dari Smile. Soalnya aku emang suka sama Smile. Sebenarnya juga gara-gara nggak bisa gambar sih, hhe.
Kata temen-temen, aku malah kayak anak kecil bikin gituan. Emang iya ya? --"
Tapi nggak apa-apa deh yang penting senang :D  haha.

Kamu Bukan Anak Kecil lagi!

Sekarang aku sudah sampai di titik ini. Perlahan tapi pasti akan maju, tidak mungkin kembali ke saat itu. Aku rindu saat-saat itu, aku rindu mereka dan semua yang telah aku lewati. Terkadang aku ingin kembali ke hari itu. Hari dimana aku dan mereka masih bisa tertawa bebas tak tahu malu khas anak kecil, merengek manja, bermain bersama si pandot kecil dan berkumpul bahagia dengan keluarga.

Tapi di sisi lain aku sadar, hidup terus berjalan ke depan. Hidup bukan sebuah film dalam kaset yang kapan saja bisa di putar balik atau bahkan dipercepat. Hidup adalah skenario yang di tulis Allah untuk kita, kitalah yang menjadi aktornya. Kita juga bisa mengubah jalan ceritanya ke depan dengan usaha dan keyakinan walau tak semudah yang dibayangkan. Tapi, kita tetap tak bisa mengulang waktu, hidup terus berjalan. Kita tumbuh semakin dewasa, kelak tak ada waktu lagi untuk bermain-main.

Sekarang aku rindu saat-saat dulu, kelak aku akan rindu masa ini. Atau kini aku ingin mempercepat hidup, setelah sampai ke titik yang aku inginkan, lagi-lagi aku ingin segera melewatinya. Yah begitulah hidup, tak pernah merasa puas.

Sikap dan prilakulah yang bakal menentukan kehidupan kita di masa depan. Sekarang bagiku, kebahagiaan bakalan kujadikan yang kedua dalam menjalani hidup, meraih kesuksesan dan membuat ayah dan ibu bangga adalah tujuan utamaku, karena dengan melihat mereka tersenyum bangga, senang dan bahagia, itulah yang akan membuatku juga bahagia.

Percaya dan percaya. Aku bisa menjadi aktor yang aku mau. Aku bisa menjadi apa yang aku mau dalam hidup. Aku ingin menikmati hidup, mensyukurinya sehingga selalu merasa puas dengan semua yang telah terjadi.
Keyakinan adalah modal pertama untuk menapatkan sesuatu yang dianggap mustahil.